Home » , , , » Silat Korban Politik Uang

Silat Korban Politik Uang

Written By Taufik on Selasa, 02 Oktober 2012 | 09.33

KECEWA: Pesilat Jateng Bagaskoro Sulistyo (kiri) bertanding melawan Herihono (Jatim) di final kelas I putra PON XVIII belum lama ini. Jateng kecewa dengan keputusan wasit yang memenangkan Herihono dengan skor 3-1. (HARSEM/JBSM/Nurul Muttaqin)





MELOLOSKAN enam pesilat di final nomor tanding PON 2012, Jateng tak meraih satupun medai emas. Mereka harus puas dengan tujuh perak, empat perunggu. Pelatih dan atlet akan berkumpul untuk melakukan introspeksi.

Pelatih Indro Catur Haryono mengatakan, hasil ini menghentikan tradisi emas silat yang selalu diraih setiap PON digelar. Menurutnya, salah satu faktor kegagalan adalah adanya dugaan permainan politik uang di antara juri yang bertugas di partai final yang digelar di Sport Center Bangkinang, Kampar, 18 September, tersebut.

Kubu Jateng emosi ketika dua pesilatnya, Slamet Riyadi (kelas E putra) kalah telak 0-5 dari Afriansyah (Sumut) dan Rahmat Fitroh (kelas F putra) ditumbangkan Almad Siregar (Riau) juga dengan skor 0-5. Jateng menganggap kekalahan keduanya dicurangi juri. Namun emosi itu bisa ditahan.

Kemarahan kubu Jateng memuncak, ketika pertandingan Bagaskoro Sulistyo W melawan Herihono (Jatim) di final kelas I putra. Beberapa kali Herihono mengalami pelanggaran, melakukan pukulan dan tendangan di daerah terlarang. Yang membuat Jateng lebih jengkel adalah ada salah satu juri yaitu juri 5 yang memberi poin pada detik terakhir pertandingan, yang menguntungkan kubu Jatim. Wasit tersebut menambah satu poin, yang membuat skor 3-1 untuk Herihono.

Setelah final usai, kata Indro Catur, dirinya memperoleh SMS dari seorang kawan tentang dugaan politik uang. Transaksinya di sebuah warung bakso.

''Begitu ada informasi penting ini, saya lacak ke warung bakso tersebut. Benar, penjual warungnya menyaksikan sendiri ada pemberian tiga gepok uang kepada seseorang. Kami juga membawa ID Card yang tertinggal, yang ternyata milik salah satu pimpinan dewan juri,'' kata Indro.

Ketika pihaknya menemukan ID Card dan melaporkan dugaan politik uang ke PB PON, kata Indro, memang hal itu membuat geger. Para wasit dan juri saling curiga. Ketika PB PON mengklarifikasi soal ID Card kepada ketua dewan juri yang dicurigai, yang bersangkutan mengatakan memang punya dua ID Card, yang satunya dipinjam kawannya.

''Aneh, juri kok punya dua ID Card. Anehnya, sebelum melaksanakan tugas dirinya didatangi sejumlah ofisial dari provinsi yang atletnya maju di final. Ini kan aneh juga. Sampai wasit yang bertugas di final saja, kontingen sudah tahu. Yang, jelas kami akan laporkan prestasi ini kepada KONI Jateng, termasuk kronologi peristiwa yang ada di balik kekalahan Jateng,'' kata mantan pelatih timnas SEA Games 2007 dan Asian Beach Games 2008 itu.

Selain karena dugaan politik uang, Indro mengakui, gagalnya silat Jateng juga tak lepas dari turunnya mental pesilat. ''Mental pesilat sempat down karena tekanan suporter yang menyesaki Sport Center. Kami miskin suporter, sementara provinsi lain suporternya begitu banyak. Anak-anak sempat terpengaruh di final, meskipun sejak penyisihan hingga semi final memperlihatkan kualitas yang bagus,'' kata Indro.

Menurut dia, faktor mental bisa jadi karena pesilatnya masih minim uji coba. Minim latih tanding karena terganjal faktor dana. Jika ingin sukses, pembinaan sudah mengacu program oriented, bukan budget oriented. (Nurul Muttaqin-JBSM/11)

Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Sport - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger