(harsem/dok) |
MEMULAI petualangan di Atalanta pada 2003, karir Giampaoli Pazzini diprediksi bakal berjalan mulus. Bersama Riccardo Montolivo, dia disebut-sebut sebagai pemain muda berprospek cerah di Italia.
Namun, semua itu tak sejalan
dengan kenyataan. Dua musim membela Atalanta, bakat Pazzo dilirik
klub-klub top Serie A, sebelum akhirnya berlabuh di Fiorentina dengan
banderol 6 juta euro pada Januari 2005.
Sayang, dia datang di saat yang
tidak tepat. Sinar Pazzini kalah mengkilap dibanding Luca Toni. Pelatih
La Viola saat itu Cesare Prandelli lebih percaya pada bomber jangkung
tersebut.
Saat Toni hijrah ke Bayern
Munchen, penyerang berukuran 180 cm ini lagi-lagi dicueki Prandelli.
Sebabnya adalah kedatangan eks striker AC Milan Alberto Gilardino.
Tiga tahun di Fiorentina,
Pazzini melanjutkan petualangan bersama Sampdoria pada Januari 2008. Di
klub asal Genoa ini, dia menemukan kebintangannya. Pazzo-Cassano
menjelma menjadi duet maut di Serie A. Pazzini pun tampil sebagai
penyerang tersubur ketiga di musim 2009/2010.
Sayang, duet ini harus berpisah,
saat Cassano memutuskan hengkan dan bergabung bersama AC Milan. Pazzini
pun mengikuti jejak Peter Pan dan berlabuh di Inter Milan.
Karir Pazzo di timnas Italia
juga tak begitu mengkilap. Prandelli yang kini menukangi Azzurri masih
belum memberi kepercayaan untuk pemain yang baru genap berusia 28 pada 2
Agustus silam tersebut.
Kekasih Silvia Slitti ini baru bermain sebanyak 24 kali dan mencetak empat gol untuk Azzurri. (twu)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.