Home » , » Panpel Bukan Gambar Tempel

Panpel Bukan Gambar Tempel

Written By ericadventure on Kamis, 16 Februari 2012 | 09.05



Oleh Arief Firhanusa


Panpel sedang digunjingkan. Mendadak nama Teguh Widodo muncul. Dinamika sebuah kompetisi, kata seorang teman. Oke. Baiklah.

Pada 2001, panpel PSIS menorehkan tinta emas. Usai menjamu Persipura di divisi satu, semua wartawan diundang untuk menyaksikan hitung-hitungan pendapatan. Lalu, terumumkanlah angka Rp 217 juta.

Ya, Rp 217 juta itu adalah perolehan dari penjualan karcis. Sebuah rekor yang belum tertandingi hingga kini, meski beberapa musim silam panpel sempat menjual tiket terusan berharga jutaan, yang didistribusikan bagi orang-orang berduit, pejabat, dan sebagainya. Pokoknya orang-orang yang berdompet gemuk.

Jadi harap dimaklumi bila ketua panpel 2001 Slamet Riyono selalu mengumbar senyum bangga ketika hari-hari ini disinggung masalah prestasinya itu. “Saya tak pernah membuang memori indah itu. Amat sulit melupakannya. Angka Rp 217 juta adalah luar biasa!” Tutur dosen Untag Semarang ini.

Senyum mengembang juga sering menempel di bibir Deddy Satria Budiman, Ketua Panpel PSIS terlama sepanjang sejarah PSIS. Di masanya, PSIS adalah primadona bagi pecandu sepakbola Semarang. Maklum, saat itu peringkat PSIS ada di dataran atas. Tim yang dipenuhi bintang (Emmnauel de Porras, M Ridwan, Maman Abdurrahman, Fofee Kamara, dsb) menjadi daya tarik luar biasa, sehingga penonton membludak hingga sentelban.

“Tim penuh bintang ditunjang peringkat yang sering di atas, membuat pertandingan begitu segar dan pemasukan dari tiket pun berlipat,” ucap Deddy.

Pendapatan dari tiket begitu vital di belahan dunia manapun yang menggelar pertandingan sepakbola. Di era milenium, Eropa sangat bergantung pada fans, di luar hak siar dan sponsor. Indonesia tampaknya ingin mengejar ketertinggalan itu dengan menyusun draft-draft peraturan sebagaimana IPL juga menyertakan sektor tiket guna mendongkrak pemasukan klub.

Maka, panitia pelaksana pertandingan – atau intim disebut panpel – menjadi tembolok untuk sebuah pergelaran sepakbola. Jika kemudian hari-hari ini lahir dinamika progresitivas panpel PSIS – dengan salah satunya memasukkan nama Teguh Widodo, warisan panpel era GM Putut Sutopo – boleh jadi ada hal yang tak berkenan di hati Ancora yang (konon) adalah salah satu investor PSIS musim ini.

Profesional?

Benarkah ketua panpel hanya berkutat pada sisi pemenuhan target pendapatan? Dengarkan ungkapan Deddy Satria Budiman.

Ketua panpel, sebut Deddy, adalah orang yang bertanggungjawab terhadap merah-biru pertandingan sepakbola. “Ia menjadi koordinator untuk semua aspek pertandingan, mulai kedatangan tim tamu, perizinan keamanan, hari H pertandingan yang faktor kesulitannya sangat tinggi, hingga mengatasi hal-hal tak terduga, misalnya terjadi kerusuhan dalam stadion,” tuturnya.

Itu sebabnya ketua panpel memikul beban sangat berat, apalagi bila ia ditargeti jumlah pemasukan. Bicara pemasukan, ketua panpel mempunyai hak menuntut manajemen agar memiliki tim layak jual yang menyedot animo besar penonton, sehingga membuat kapiler bagi mengalirnya pemasukan yang berlimpah.

“Secara profesional, ketua panpel bisa menanyakan kepada manajer tim maupun pelatih mengenai kualitas tim. Bila tim digabungi pemain-pemain yang tidak layak jual, apalagi sering kalah atau bermain buruk, maka target yang dibebankan kepada ketua panpel bisa saja meleset,” tutur Teguh Widodo, sebelum ia memulai pekerjaannya pada musim lalu.

Kembali ke Deddy. Menilai apa yang terjadi di kepanpelan PSIS akhir-akhir ini, ia menganggapnya lumrah sebab dalam dinamika sepakbola perlu disuntikkan profesionalisme di segenap bidang, termasuk panitia pelaksana pertandingan.

“Saya kira ini bagian dari profesionalisme sepakbola, terlebih sekarang ini liga di negeri ini tak lagi mengandalkan APBD di level atas, tapi dikemas dengan mekanisme perusahaan. Saya pikir ini sah-sah saja, dan sebaiknya tim juga tidak terganggu munculnya friksi,” papar Deddy.

Nah, jelas sudah berada di titik mana ketua panitia pelaksana pertandingan. Jadi, ia bukanlah gambar tempel di tembok, yang tak hanya diwawancarai wartawan sebelum pertandingan, atau melerai pertikaian suporter! ***
 
 
Share this article :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. HARIAN SEMARANG - Sport - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger