Oleh Wikha Setiawan & Wiwig Prayugi
Manajemen PSIS akan menggelar pertemuan dengan Snex dan Panser Biru untuk merundingkan solusi terbaik supaya bentrok tidak terulang.
“Dalam waktu dekat ini kami akan segera mengundang kedua belah pihak untuk duduk bersama membahas solusi terbaik terkait masalah bentrok yang terjadi, kemarin,” ujar Direktur Operasional PSIS Novel Al Bakrie.
Sejauh ini, pihak manejemen akan menyampaikan wacana kepada Snex maupun Panser Biru supaya tidak mengenakan atribut kebanggaan kelompok masing-masing ketika Mahesa Jenar menjamu Persikab Kabupaten Bandung pada 28 Januari.
“Kepada semua suporter maupun penonton simpatisan, kami larang untuk mengenakan atribut Snex maupun Panser Biru. Ini demi menjaga kedamaian, terutama saat bermain di kandang,” lanjutnya.
Larangan mengenakan atribut tersebut, kata Novel, berlaku sebelum ada kesepakatan damai dari kedua belah pihak. Bahkan menurutnya, jika memang nantinya proses perdamaian Panser Biru-Snex menemui jalan buntu, pihak Panpel laga kandang PSIS tidak segan-segan untuk melakukan sweeping atribut sebelum mereka diperpolehkan masuk ke stadion.
“Semua ini kami lakukan karena kejadian kemarin sudah melampaui batas, dan tidak bisa ditoleransi. Sebelum ada kesepakatan terbaik, lebih baik kedua belah pihak melepaskan atribut masing-masing saat menonton pertandingan PSIS,” paparnya.
Novel juga menambahkan, dalam pertemuan yang bakal digelar oleh manajemen PSIS dengan kedua kelompok suporter yang bertikai tersebut, pihak PSIS akan mencoba memberikan beberapa solusi untuk mereka.
“Dan salah satu solusinya mereka harus melebur diri menjadi satu, atau membubarkan keduanya untuk membentuk kelompok baru sehingga dengan begitu tidak ada lagi pertikaian yang dilandasi karena gengsi organisasi,” paparnya.
Sementara terkait bentrokan kemarin yang memakan korban tewasnya salah satu anggota Snex, Ovik Arangga (19), warga Sidorejo, Kelurahan Cabean, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak tersebut Novel membantah kalau pihak manajemen lepas tangan terhadap kejadian tersebut.
“Bahkan sebelum terjadi insiden kemarin kami sudah berusaha membantu mereka untuk melakukan rekonsiliasi, tapi mungkin sosialisasi mereka tidak sampai ke arus bawah, dan mengenai korban-korban bentrokan kemarin sendiri manajemen juga akan memberikan santunan, terutama untuk korban meninggal,” pungkasnya.
Tak Mudah
Situasi panas yang menghinggapi kehidupan suporter Semarang di perjalanan PSIS awal musim ini membuat banyak pihak prihatin. Wacana pembubaran lalu meleburkan keduanya menjadi satu terus bermunculan. Meski bisa menjadi salah satu pilihan solusi, peleburan kedua kubu dinilai sulit.
Sesepuh suporter Panser Biru Amat Priyadi mengatakan, baik Panser Biru maupun SneX memiliki sejarah sendiri-sendiri. Jika ada rencana membubarkan lalu menyatukan, itu harus dilakukan dengan telaah yang matang. Jangan lupa, kedua kubu suporter harus menyepakati. Kata sepakat bukan hanya keluar dari pentolan pengurus pusat, namun harus sampai tingkat korwil dan anggota yanmg ber-KTA.
“Saya rasa akan sulit kalau keduanya dibubarkan. Untuk sementara, larangan menggunakan atribut dicoba dulu supaya tidak ada fanatisme berlebihan di kelompok masing-masing,” kata Mas Pri.
Sementara itu, kelompok SneX menentang keras jika ada rencana membubarkan lalu menyatukan kedua kubu. Pasalnya, yang bisa membubarkan organisasi resmi supporter hanya anggota melalui korwil dan dilakukan melalui Kongres atau Musyawarah Luar Biasa.
“Panser Biru dan SneX juga mempunyai AD/ART masing-masing karena keduanya adalah organisasi resmi. Bahkan, walikota pun tidak bisa membubarkan organisasi supporter,” kata sesepuh SneX Mawardi.
Kejadian Sabtu (14/1) malam memang menjadi pukulan telak bagi kedua kubu. Pasalnya, selama ini relasi keduanya tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Gesekan kecil memang kerap terjadi, namun tidak terlalu parah. Untuk kasus tewasnya Ofik Arangga, Panser Biru dan SneX menyerakan sepenuhnya kepada aparat kepolisian untuk mengusut tuntas.
Sementara itu, SneX juga tetap melakukan investigasi sendiri dengan membentuk tim khusus. Bukti-bukti akan dikumpulkan dan diserahkan ke kepolisian. Menurut Pengurus Pusat SneX, salah satu pelaku pengeroyokkan ada yang dikenali. Namun, pihaknya tidak akan melangkahi kepolisian.
Selain itu, Panser-SneX tetap akan saling berkoordinasi untuk menghindari konfrontasi berkepanjangan. Imbauan sementara ialah larangan mengeluarkan statemen yang bernada provokasi baik melalui komunikasi langsung, media massa, maupun melalui dunia maya.
“Ini menjadi pembelajaran bagi semuanya, jangan sampai kejadian ini menjadi berkelanjutan. Ketua Umum harus telaten mendekati korwil-korwilnya yang sering bergesekan,” tutup Mas Pri. (rif)
Manajemen PSIS akan menggelar pertemuan dengan Snex dan Panser Biru untuk merundingkan solusi terbaik supaya bentrok tidak terulang.
“Dalam waktu dekat ini kami akan segera mengundang kedua belah pihak untuk duduk bersama membahas solusi terbaik terkait masalah bentrok yang terjadi, kemarin,” ujar Direktur Operasional PSIS Novel Al Bakrie.
Sejauh ini, pihak manejemen akan menyampaikan wacana kepada Snex maupun Panser Biru supaya tidak mengenakan atribut kebanggaan kelompok masing-masing ketika Mahesa Jenar menjamu Persikab Kabupaten Bandung pada 28 Januari.
“Kepada semua suporter maupun penonton simpatisan, kami larang untuk mengenakan atribut Snex maupun Panser Biru. Ini demi menjaga kedamaian, terutama saat bermain di kandang,” lanjutnya.
Larangan mengenakan atribut tersebut, kata Novel, berlaku sebelum ada kesepakatan damai dari kedua belah pihak. Bahkan menurutnya, jika memang nantinya proses perdamaian Panser Biru-Snex menemui jalan buntu, pihak Panpel laga kandang PSIS tidak segan-segan untuk melakukan sweeping atribut sebelum mereka diperpolehkan masuk ke stadion.
“Semua ini kami lakukan karena kejadian kemarin sudah melampaui batas, dan tidak bisa ditoleransi. Sebelum ada kesepakatan terbaik, lebih baik kedua belah pihak melepaskan atribut masing-masing saat menonton pertandingan PSIS,” paparnya.
Novel juga menambahkan, dalam pertemuan yang bakal digelar oleh manajemen PSIS dengan kedua kelompok suporter yang bertikai tersebut, pihak PSIS akan mencoba memberikan beberapa solusi untuk mereka.
“Dan salah satu solusinya mereka harus melebur diri menjadi satu, atau membubarkan keduanya untuk membentuk kelompok baru sehingga dengan begitu tidak ada lagi pertikaian yang dilandasi karena gengsi organisasi,” paparnya.
Sementara terkait bentrokan kemarin yang memakan korban tewasnya salah satu anggota Snex, Ovik Arangga (19), warga Sidorejo, Kelurahan Cabean, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak tersebut Novel membantah kalau pihak manajemen lepas tangan terhadap kejadian tersebut.
“Bahkan sebelum terjadi insiden kemarin kami sudah berusaha membantu mereka untuk melakukan rekonsiliasi, tapi mungkin sosialisasi mereka tidak sampai ke arus bawah, dan mengenai korban-korban bentrokan kemarin sendiri manajemen juga akan memberikan santunan, terutama untuk korban meninggal,” pungkasnya.
Tak Mudah
Situasi panas yang menghinggapi kehidupan suporter Semarang di perjalanan PSIS awal musim ini membuat banyak pihak prihatin. Wacana pembubaran lalu meleburkan keduanya menjadi satu terus bermunculan. Meski bisa menjadi salah satu pilihan solusi, peleburan kedua kubu dinilai sulit.
Sesepuh suporter Panser Biru Amat Priyadi mengatakan, baik Panser Biru maupun SneX memiliki sejarah sendiri-sendiri. Jika ada rencana membubarkan lalu menyatukan, itu harus dilakukan dengan telaah yang matang. Jangan lupa, kedua kubu suporter harus menyepakati. Kata sepakat bukan hanya keluar dari pentolan pengurus pusat, namun harus sampai tingkat korwil dan anggota yanmg ber-KTA.
“Saya rasa akan sulit kalau keduanya dibubarkan. Untuk sementara, larangan menggunakan atribut dicoba dulu supaya tidak ada fanatisme berlebihan di kelompok masing-masing,” kata Mas Pri.
Sementara itu, kelompok SneX menentang keras jika ada rencana membubarkan lalu menyatukan kedua kubu. Pasalnya, yang bisa membubarkan organisasi resmi supporter hanya anggota melalui korwil dan dilakukan melalui Kongres atau Musyawarah Luar Biasa.
“Panser Biru dan SneX juga mempunyai AD/ART masing-masing karena keduanya adalah organisasi resmi. Bahkan, walikota pun tidak bisa membubarkan organisasi supporter,” kata sesepuh SneX Mawardi.
Kejadian Sabtu (14/1) malam memang menjadi pukulan telak bagi kedua kubu. Pasalnya, selama ini relasi keduanya tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Gesekan kecil memang kerap terjadi, namun tidak terlalu parah. Untuk kasus tewasnya Ofik Arangga, Panser Biru dan SneX menyerakan sepenuhnya kepada aparat kepolisian untuk mengusut tuntas.
Sementara itu, SneX juga tetap melakukan investigasi sendiri dengan membentuk tim khusus. Bukti-bukti akan dikumpulkan dan diserahkan ke kepolisian. Menurut Pengurus Pusat SneX, salah satu pelaku pengeroyokkan ada yang dikenali. Namun, pihaknya tidak akan melangkahi kepolisian.
Selain itu, Panser-SneX tetap akan saling berkoordinasi untuk menghindari konfrontasi berkepanjangan. Imbauan sementara ialah larangan mengeluarkan statemen yang bernada provokasi baik melalui komunikasi langsung, media massa, maupun melalui dunia maya.
“Ini menjadi pembelajaran bagi semuanya, jangan sampai kejadian ini menjadi berkelanjutan. Ketua Umum harus telaten mendekati korwil-korwilnya yang sering bergesekan,” tutup Mas Pri. (rif)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.