Klub-klub divisi utama maupun level satu di persimpangan jalan. Setelah ada dualisme pengelola liga, banyak harapan kedua kubu rekonsiliasi, ketimbang memilih jalan pintas, KLB.
“Solusinya sebenarnya simpel, yakni rekonsiliasi. Tapi kami sendiri tak yakin kedua kubu bisa bersatu,” harap Budi Setyawan, perwakilan Persip Pekalongan, salah satu pemegang suara KLB.
PT Liga Prima Indonesa Sportindo diklaim sebagai penyelenggara sah di bawah naungan PSSI meski belum disahkan melalui kongres sebagai pengambil keputusan tertinggi PSSI. Di pihak lain, PT Liga Indonesia melakukan manuver dengan berbekal hasil Kongres Bali.
Dukungan rekonsiliasi juga datang dari PSIR dan Persiku. PSSI sebaiknya menggandeng pihak yang terpecah, untuk duduk satu meja. Meski dibentengi dua kepentingan yang bertolak belakang, namun klub lah yang jadi korban.
“Kami tetap ingin berkompetisi di bawah PSSI, harapan kami tidak ada dualisme itu saja sudah cukup,” kata Direktur Administrasi PT Bina Putra Alam Persada (PSIR) Charis Kurniawan.
Sementara itu, Persiku lebih vokal untuk mendorong digelarnya KLB sebagai jalan terakhir. Meski tak mendaftar ke kompetisi versi PSSI, Persiku masih berharap ada jalan keluar dari perpecahan peserta klub ini.
Kondisi perpecahan klub akibat dualisme pengelola juga makin parah. Setelah ada dua kubu di PSMS, Persis juga mengalami hal sama. Pengurus Persis mendaftarkan tim ke PT Liga Indonesia, sementara manajemen PT Solo Indomandiri Profesional (SIP), eks pengelola Solo FC mendaftarkan Persis ke PT LPIS. (wig/rif)
Macan Muria, sangat vokal
(HARSEM/DOK)
“Solusinya sebenarnya simpel, yakni rekonsiliasi. Tapi kami sendiri tak yakin kedua kubu bisa bersatu,” harap Budi Setyawan, perwakilan Persip Pekalongan, salah satu pemegang suara KLB.
PT Liga Prima Indonesa Sportindo diklaim sebagai penyelenggara sah di bawah naungan PSSI meski belum disahkan melalui kongres sebagai pengambil keputusan tertinggi PSSI. Di pihak lain, PT Liga Indonesia melakukan manuver dengan berbekal hasil Kongres Bali.
Dukungan rekonsiliasi juga datang dari PSIR dan Persiku. PSSI sebaiknya menggandeng pihak yang terpecah, untuk duduk satu meja. Meski dibentengi dua kepentingan yang bertolak belakang, namun klub lah yang jadi korban.
“Kami tetap ingin berkompetisi di bawah PSSI, harapan kami tidak ada dualisme itu saja sudah cukup,” kata Direktur Administrasi PT Bina Putra Alam Persada (PSIR) Charis Kurniawan.
Sementara itu, Persiku lebih vokal untuk mendorong digelarnya KLB sebagai jalan terakhir. Meski tak mendaftar ke kompetisi versi PSSI, Persiku masih berharap ada jalan keluar dari perpecahan peserta klub ini.
Kondisi perpecahan klub akibat dualisme pengelola juga makin parah. Setelah ada dua kubu di PSMS, Persis juga mengalami hal sama. Pengurus Persis mendaftarkan tim ke PT Liga Indonesia, sementara manajemen PT Solo Indomandiri Profesional (SIP), eks pengelola Solo FC mendaftarkan Persis ke PT LPIS. (wig/rif)
Macan Muria, sangat vokal
(HARSEM/DOK)
.jpg)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.