(harsem/dok) |
TUHAN tak hanya cawe-cawe dalam peristiwa “gol tangan Tuhan” pada 22 Juni 1986, saat Maradona menciptakan gol dengan lengannya ketika Argentina bertemu Inggris di final Piala Dunia Meksiko yang menobatkan Argentina menjadi juara. Tuhan juga menonton Euro 2012, di setiap pertandingan.
Dalam buku fiksi yang ditulis Anthony De Mello, dikisahkan bahwa Tuhan tidak mendukung salah satu tim manapun di dunia ini, melainkan hanya mendukung manusia-manusia yang memainkan talenta, skill, permainan, dan taktik yang diterapkan di pertandingan.
Seorang penasehat spiritual asal Semarang yang namanya cukup terkenal, menjelang Piala Eropa 2012 menuturkan, tim-tim kontestan turnamen terakbar di Benua Biru ini hanya menang bila para pemainnya mendapatkan blessing, alias peruntungan.
Blessing didapatkan bila mereka “no sex, no drink, no dance”, alias tidak melakukan hubungan seks (dengan wanita yang bukan istrinya), tidak minum-minuman keras (apalagi sampai mabuk), dan tidak berdisko. Dunia gemerlap, atawa dunia gembira (yang lantas dipopulerkan sebagai dugem) hanya akan membuat petaka dan menutup kurva hidupnya.
Penasehat spiritual ini mencontohkan kapal Titanic yang akhirnya bengkah karena menabrak karang lantaran penciptanya begitu sombong dengan perkataan yang amat jumawa: “Tuhan bahkan tidak lebih cepat dari kapal ini … ”
Blessing bisa berupa ujud menjadi dewi fortuna. Spanyol mungkin beberapa kali mengizinkan tim lawan mengobrak-abrik pertahanan dan membuat ketar-ketir Iker Casillas, namun itu jarang terjadi. Jika hal tersebut terjadi, maka tim lawan pasti tak mampu mengeksekusinya dengan sempurna.
Sebagai contoh, di semifinal Ronaldo tak mampu memanfaatkan tiga kesempatan emas. Sementara Ivan Rakitic bahkan tak mampu menyundul masuk bola ke gawang Casillas padahal gawang Casillas sempat terbuka.
Dan ketika dewi fortuna ‘menikah’ dengan blessing, maka akan lahir aura. Aura cerah kiper dan kapten tim Iker Casillas menciptakan pagar hebat di pos vital Spanyol. Seberapa besar usaha lawan membuat masalah di depan gawangnya, Casillas selalu mampu mengamankannya.
Skill, kemampuan hebat tanpa batas, dan kepintaran pelatih meracik taktik tanpa dibantu keberuntungan maka mustahil juara. Spanyol, sejauh ini telah melampui lawan-lawannya, termasuk Portugal dengan Cristiano Ronaldo yang mabuk pujian (sampai-sampai ia tampak begitu bodoh saat berhadapan dengan Spanyol).
Spanyol, dengan pemain-pemain yang nrimo (bandingkan dengan tarif hotel Portugal di Poznan yang lebih dari Rp 398 juta per malam), dengan kamar yang tak semewah kamar Ronaldo, lebih berpeluang mereguk gelar juara, dibanding Jerman yang sekaku Nazi dan jumawa dengan ras Arya-nya, yang tiada hari tanpa minum bir. Atau Italia yang simbol kesombongannya tertumpu di diri Mario Baloteli.
Spanyol lebih pantas juara, jika katarsisnya prihatin dan sumeleh … (*)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.