Yunia Dwi Yanti |
Mencari Keadilan, Merasa SneX adalah Rumahnya
Di tengah Kongres SneX di Gedung Pertemuan Grahasari, Gayamsari, mendadak muncul perempuan berpostur tubuh tinggi dengan balutan baju putih plus kerudung warna cokelat tua.
Disambut sejumlah panitia, perempuan ini kemudian digiring untuk duduk di barisan depan. Di sana, sebelum duduk, ia menyalami beberapa pengurus senior SneX. Sejauh itu, tak ada yang tahu siapa dia. Baru ketika Ketua Panitia Fajar Awaludin menyebutnya lewat pengeras suara, terkuaklah bahwa ia adalah Yunia Dwi Yanti, istri Edy Abimanyu.
Nia – begitu Yunia biasa disapa – mengaku mendapat kehormatan dengan diundang di acara penting bagi SneX tersebut. “Mas Edy kirim pesan dari Bali. Ia berterima kasih karena teman-teman SneX masih memiliki perhatian yang besar kepadanya, sekaligus minta maaf karena tak bisa hadir,” kata Nia.
Seperti kita tahu, Edy – pendiri SneX dan dua periode memimpin organisasi ini, sebelum ia memikulkan jabatan ketua umum kepada Ketua Harian Dony Sukolila lantaran kesibukannya sebagai anggota DPRD Kota Semarang – sedang terantuk masalah kepemilikan narkoba di Bali.
Kepada Harsem Nia menuturkan bahwa ia menganggap sang suami hanya berhalangan datang di kongres kemarin. “Hati Mas Edy ada di sini, tapi secara fisik ia memang tak bisa hadir,” tutur perempuan kelahiran 8 Juni 1982 ini.
Di mata Nia, Edy adalah pria sempurna. Apa yang tengah menimpanya di Bali tak ubahnya seperti debu yang menempel di wajah sebelum dibasuh dengan air suci. Ia sangat yakin Edy tak bersalah. Pertikaian politik lah yang membuatnya dipenjara.
“Saya memang kelihatannya diam menyikapi persoalan Mas Edy, tapi di balik itu terus menerus mencari keadilan. Saya yakin kebenaran kelak terkuak,” cetus Nia yang kini praktis orangtua tunggal bagi satu anak dari suami pertama, dan tiga putra Edy yang ia urusi.
Nia berterima kasih pada anggota SneX dan orang-orang yang setia pada Edy. Mereka teman sejati yang banyak membantunya.
Untuk sementara ini, seraya menunggu perkara Edy tuntas, Nia berpindah ke rumah orangtuanya di Jatingaleh, dan hanya mengandalkan gaji dari tempatnya bekerja, sebab secara administrasi gaji Edy sebagai anggota dewan telah dihentikan. (rif)
Di tengah Kongres SneX di Gedung Pertemuan Grahasari, Gayamsari, mendadak muncul perempuan berpostur tubuh tinggi dengan balutan baju putih plus kerudung warna cokelat tua.
Disambut sejumlah panitia, perempuan ini kemudian digiring untuk duduk di barisan depan. Di sana, sebelum duduk, ia menyalami beberapa pengurus senior SneX. Sejauh itu, tak ada yang tahu siapa dia. Baru ketika Ketua Panitia Fajar Awaludin menyebutnya lewat pengeras suara, terkuaklah bahwa ia adalah Yunia Dwi Yanti, istri Edy Abimanyu.
Nia – begitu Yunia biasa disapa – mengaku mendapat kehormatan dengan diundang di acara penting bagi SneX tersebut. “Mas Edy kirim pesan dari Bali. Ia berterima kasih karena teman-teman SneX masih memiliki perhatian yang besar kepadanya, sekaligus minta maaf karena tak bisa hadir,” kata Nia.
Seperti kita tahu, Edy – pendiri SneX dan dua periode memimpin organisasi ini, sebelum ia memikulkan jabatan ketua umum kepada Ketua Harian Dony Sukolila lantaran kesibukannya sebagai anggota DPRD Kota Semarang – sedang terantuk masalah kepemilikan narkoba di Bali.
Kepada Harsem Nia menuturkan bahwa ia menganggap sang suami hanya berhalangan datang di kongres kemarin. “Hati Mas Edy ada di sini, tapi secara fisik ia memang tak bisa hadir,” tutur perempuan kelahiran 8 Juni 1982 ini.
Di mata Nia, Edy adalah pria sempurna. Apa yang tengah menimpanya di Bali tak ubahnya seperti debu yang menempel di wajah sebelum dibasuh dengan air suci. Ia sangat yakin Edy tak bersalah. Pertikaian politik lah yang membuatnya dipenjara.
“Saya memang kelihatannya diam menyikapi persoalan Mas Edy, tapi di balik itu terus menerus mencari keadilan. Saya yakin kebenaran kelak terkuak,” cetus Nia yang kini praktis orangtua tunggal bagi satu anak dari suami pertama, dan tiga putra Edy yang ia urusi.
Nia berterima kasih pada anggota SneX dan orang-orang yang setia pada Edy. Mereka teman sejati yang banyak membantunya.
Untuk sementara ini, seraya menunggu perkara Edy tuntas, Nia berpindah ke rumah orangtuanya di Jatingaleh, dan hanya mengandalkan gaji dari tempatnya bekerja, sebab secara administrasi gaji Edy sebagai anggota dewan telah dihentikan. (rif)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.