SneX Bukan Anak Bawang

Militan dan loyal. Itulah Semarang Extreme (SneX) yang merintis diri menjadi suporter militan PSIS sejak 2005. SneX bukan “ular” atau “makanan ringan” bila kita memplesetkan, melainkan organisasi suporter yang ingin tumbuh dan berkembang, dan mewarnai persepakbolaan Semarang.

Kelompok suporter ini berdiri setelah diawali oleh terbentuknya Komunitas Arus Bawah Suporter Semarang (KABSS), yang saat itu merupakan bagian dari kelompok suporter yang telah ada. Melalui pertemuan KABSS pada 7 Maret 2005 di Balai Kelurahan Sambirejo, Gayamsari, kemudian diproklamirkan nama SneX.

Pada perjalanannya, SneX kerap dinomorduakan. Seiring dengan perjalanan PSIS, tak jarang SneX sering bentrok dengan saudara tuanya, Panser Biru. Baru pada tahun ini, Panser Biru di bawah komando Lukman Syah terus menggandeng SneX yang dikawal generasi muda, Rendra Kusworo.

Perdamaian Panser-SneX menjadi aroma lezat bagi penikmat sepakbola Semarang. Berawal dari Stadion Manahan 14 Februari 2010, Panser-SneX bersatu. Selanjutnya, seluruh penonton di Jatidiri dibuat merinding saat kedua pendukung PSIS itu saling bersahutan, menanyakan kabar lewat lagu, dan memberikan tepukan meriah saat PSIS menjamu Mitra Kukar, 19 Februari 2010.

“Kami militan, mendukung PSIS bukan karena siapa-siapa. Kami juga tidak pernah menganggap siapapun sebagai musuh apalagi dengan sesama pejuang PSIS. Perbedaan itu biasa, jangan dijadikan permusuhan. Kami heran mengapa kami selalu dimusuhi. Cuma dukungan yang bisa kami berikan untuk PSIS, di manapun berkompetisinya,” demikian Donny Sukolilo, Ketua Harian SneX.

SneX bukan anak bawang. Kiprahnya mendukung PSIS tak hanya dibuktikan lewat waktu. Hitam-Biru SneX mewarnai tribun utara Jatidiri pun bukan sebagai pelengkap. Rangkulan Lukman dan Rendra sebagai pentolan keduanya harus awet dan senantiasa bergandengan tangan.

Semoga tak ada pihak yang membuat Semarang kembali terpecah. (wig/rif)