Lolosnya Italia dari 'adu keberuntungan' lewat adu tendangan penalti menunjukan bahwa Azzurri lebih memiliki kebugaran dan ketahanan tekad dengan mengembangkan pola permainan yang lebih kreatif ketimbang Inggris.
Gempuran demi gempuran dari pasukan Italia memang bisa dihalau oleh Inggris dengan memeragakan pola bertahan berlapis. Nyatanya, pola serupa tidak senantiasa efektif di ajang sekelas Piala Eropa 2012.
Penampilan Mario Balotelli yang terkesan "kurang memiliki jam terbang" mengilustrasikan bahwa penyelesaian akhir begitu penting dalam sepakbola. Ini yang agaknya perlu dicamkan dan diperhatikan bila Inggris menghadapi Jerman di laga semi-final. Setali tiga uang, penampilan Wayne Rooney pun terlihat kurang greget.
Italia mendominasi penguasaan bola dengan 64 persen, dengan 35 tembakan ke arah gawang Inggris, sementara gol yang dicetak Antonio Nocerino dianulir wasit karena terkena offside.
Sejumlah pengamat bola masih berpendapat bahwa Italia tampil bertahan. Ini lantaran para pemain Italia punya kemampuan bertahan secara mumpuni, bukan semata karena gaya permainan mereka mengandalkan lini pertahanan (the style of play).
Italia melihat juara bertahan Spanyol sebagai pesaing utama. Pelatih Cesare Prandelli selalu melontarkan pujian kepada para pemain Spanyol. Ini ditunjukkan manakala Spanyol mengalahkan Perancis 2-0.
Azzurri belajar satu hal dari Inggris. Di bandingkan masa lalu, para pemain Italia kini kian mengancam dengan kemampuannya memanfaatkan bola-bola mati. Justru kemampuan ini ditempuh oleh Italia karena tim asuhan Prandelli ini tidak ingin hanya mengandalkan operan-operan jitu dari Andrea Pirlo.
Pirlo yang kini berusia 33 tahun mampu mengambil tendangan penalti dengan mencungkil bola. Kemampuannya ini diperoleh dengan gumpalan pengalaman yang tidak kecil.
Hanya saja Pirlo perlu waspada karena lawan yang bakal dihadapi sekelas Jerman. Nota bene, empat gol yang didapat Italia berkat kreasi dari Pirlo. Dan Jerman tahu betul soal ini.
Sementara, Inggris juga kehilangan Frank Lampard karena ia mengalami cedera. Peran Lampard sama dengan Pirlo. Untuk itu, Italia diharapkan tampil lebih cepat dan fokus ke depan seperti diperagakan oleh para pemain Spanyol.
Italia juga memerlukan sosok yang mampu menyelesaikan rangkaian pola serangan dengan mencetak gol. Di sinilah, peran Antonio Di Natale makin penting.
Mengapa Azzurri menang? Jawabannya, bukan semata-mata karena Italia beroleh keberuntungan! (rif)
Gempuran demi gempuran dari pasukan Italia memang bisa dihalau oleh Inggris dengan memeragakan pola bertahan berlapis. Nyatanya, pola serupa tidak senantiasa efektif di ajang sekelas Piala Eropa 2012.
Penampilan Mario Balotelli yang terkesan "kurang memiliki jam terbang" mengilustrasikan bahwa penyelesaian akhir begitu penting dalam sepakbola. Ini yang agaknya perlu dicamkan dan diperhatikan bila Inggris menghadapi Jerman di laga semi-final. Setali tiga uang, penampilan Wayne Rooney pun terlihat kurang greget.
Italia mendominasi penguasaan bola dengan 64 persen, dengan 35 tembakan ke arah gawang Inggris, sementara gol yang dicetak Antonio Nocerino dianulir wasit karena terkena offside.
Sejumlah pengamat bola masih berpendapat bahwa Italia tampil bertahan. Ini lantaran para pemain Italia punya kemampuan bertahan secara mumpuni, bukan semata karena gaya permainan mereka mengandalkan lini pertahanan (the style of play).
Italia melihat juara bertahan Spanyol sebagai pesaing utama. Pelatih Cesare Prandelli selalu melontarkan pujian kepada para pemain Spanyol. Ini ditunjukkan manakala Spanyol mengalahkan Perancis 2-0.
Azzurri belajar satu hal dari Inggris. Di bandingkan masa lalu, para pemain Italia kini kian mengancam dengan kemampuannya memanfaatkan bola-bola mati. Justru kemampuan ini ditempuh oleh Italia karena tim asuhan Prandelli ini tidak ingin hanya mengandalkan operan-operan jitu dari Andrea Pirlo.
Pirlo yang kini berusia 33 tahun mampu mengambil tendangan penalti dengan mencungkil bola. Kemampuannya ini diperoleh dengan gumpalan pengalaman yang tidak kecil.
Hanya saja Pirlo perlu waspada karena lawan yang bakal dihadapi sekelas Jerman. Nota bene, empat gol yang didapat Italia berkat kreasi dari Pirlo. Dan Jerman tahu betul soal ini.
Sementara, Inggris juga kehilangan Frank Lampard karena ia mengalami cedera. Peran Lampard sama dengan Pirlo. Untuk itu, Italia diharapkan tampil lebih cepat dan fokus ke depan seperti diperagakan oleh para pemain Spanyol.
Italia juga memerlukan sosok yang mampu menyelesaikan rangkaian pola serangan dengan mencetak gol. Di sinilah, peran Antonio Di Natale makin penting.
Mengapa Azzurri menang? Jawabannya, bukan semata-mata karena Italia beroleh keberuntungan! (rif)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.