Novel Sah di Mata PSSI

Kehadiran Novel Al Bakrie dan Budi Santoso ke Kongres Tahunan PSSI di Palangkaraya, kemarin, mengisyaratkan bahwa PSSI masih mengakui manajemen tim di bawah Novel Bakrie.

Menurut Novel, PSSI di bawah pimpinan Djohar Arifin Husin belum bisa dijadikan patokan karena belum lama menjadi koordinator persepakbolaan Indonesia. Selain itu, sejauh ini masih banyak pihak berusaha mengganggu jalannya kepengurusan. Seharusnya, kata dia, Djohar diberi kesempatan dan didukung karena memiliki konsep dan kinerja yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kepengurusan sebelumnya.

”Untuk agenda yang diselenggarakan Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI), biarkan saja. PSIS hanya ingin mengikuti aturan dari induk yang diakui AFC dan FIFA,” kata Novel.

Novel yang mewakili PSIS akan mengusulkan beberapa hal dalam Kongres PSSI. Salah satunya merenovasi Stadion Jatidiri yang menjadi aset Jateng dan Semarang khususnya. “Kami akan sampaikan bahwa kondisi Stadion Jatidiri memprihatinkan. Melalui PSSI, permintaan itu akan diteruskan kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga. Setahu saya, ada alokasi dana untuk perbaikan sarana dan prasarana olahraga, terutama stadion sepakbola,” tambahnya.

Pengacara Novel, Rudi Kabunang juga menegaskan, dalam dualisme manajemen ini PSSI masih jelas mengakui Novel dkk. Itu terlihat, saat laga PSIS versus Persis, 3 Maret lalu. Manajemen versi PT Ancora sempat diminta meninggalkan bench pemain, saat itu ada wakil AFC dan PSSI (Mr Kanna dan Lliano Mahardika).

“Untuk masalah dualisme ini kami terus berkoordinasi dengan PSSI. Pada pertandingan terakhir sebenarnya sudah terlihat siapa yang sah siapa yang tidak,” kata Rudi.

Novel juga menegaskan, lima perangkat pertandingan saat itu nyaris saja tidak diakui dan pertandingan batal digelar. Pasalnya, panpel dan ofisial harus terdaftar saat workshop pra kompetisi beberapa bulan yang lalu. (jbsm-wig/13)