SSB Semarang Sulit Bersaing di Tingkat Dunia

KOTA Semarang bertabur Sekolah Sepakbola (SSB) yang cukup punya nama. Namun, SSB asal Kota Atlas ini kesulitan saat harus bersaing di tingkat dunia.

Pada edisi 2009, tim sepakbola U-12 PSSI Kota Semarang sukses meraih peringkat keenam di ajang Danone Nations Cup di Afsel, November 2010.

Prestasi itu menjadi angin segar bagi Indonesia setelah sepi gelar sejak tahun 2004 melalui Makassar Football School. Saat itu, Irvin Museng dkk meraih posisi keempat dan mendapatkan gelar the best attack team.

Pada dua edisi (2010,2011), Indonesia kurang bisa bersaing. SSB Banteng Muda yang mewakili di Afsel tahun 2010 gagal di enambelas besar. SSB Tugu Muda, yang dua kali mewakili Jateng di tingkat nasional pun kandas.

“Kesuksesan tim pengcab Semarang dulu memang menimbulkan kesalahpahaman, pihak DNC memang mewajibkan pesertanya adalah SSB, makanya saat itu kami kumpulkan pemain-pemain terbaik,” kata Ketua PSSI Kota Semarang Yoyok Mardijo.

Menurut rencana, PSSI Kota Semarang ingin mengajukan usul agar peserta yang dibawa ke DNC atau kompetisi serupa adalah pemain terbaik yang diseleksi, seperti yang dilakukan Semarang saat membentuk tim pengcab. Pemain yang dipakaiialah yang terbaik dari SSB-SSB se-Kota Semarang.

“Tapi tetap yang diutamakan tim yang juara, kami ingin mengusulkan demikian, jadi yang mewakili Jateng pun yang terbaik di Jateng begitu juga Indonesia, yang mewakili ialah pemain terbaik di tingkat nasional,” imbuhnya.

Sukses Dwi Candra Rukmana cs menembus peringkat enam memang menjadi kebanggaan tersendiri. Sayang, usai perhelatan itu tidak ada kelanjutan yang signifikan baik dari penyelenggara.

PSSI pusat hanya bisa memberikan ruang di timnas U-13, seperti pada SSB Banteng Muda, sepuluh pemainnya direkrut timnas U-13. sedangkan sebagian besar anak-anak Semarang yang meraih peringkat enam itu saat ini tengah fokus melakoni Liga Pendidikan Indonesia tingkat nasional bersama SMPN 4. (wig/twu)