Oleh Wiwig Prayugi
Belum lolos verifikasi, dan pendanaan juga belum ketemu jodohnya, tetapi PSIS masih punya magnet yang kuat di mata pelatih.
Bosan mengarsiteki klub Indonesia Timur, pelatih asal Malaysia Raja Isa mengaku ingin membesut tim di Jawa. Salah satu yang memikat pelatih berusia 45 itu ialah PSIS. Ia pun siap jika manajemen tim Mahesa Jenar meminangnya.
“Sudah lima musim saya di Timur, sekarang prioritas saya klub-klub di Jawa. Selain lebih dekat dengan Kuala Lumpur, Jawa – terutama Kota Semarang – nyaman untuk saya,” kata Raja yang secara khusus menghubungi Harsem dari Jakarta, kemarin sore.
Mengapa PSIS? Pelatih bernama lengkap Raja Isa Bin Raja Akram Shah ini memiliki sederet alasan. Pertama, meski dua musim sebelumnya PSIS terpuruk di divisi utama, aroma kebesaran nama PSIS tetap membuatnya menilai PSIS ialah klub kawakan dan besar.
Absennya PSIS di kasta tertinggi Liga Indonesia di beberapa musim lalu sangat disayangkan. Padahal, menurutnya, masih banyak tim baru yang ngeper duluan ketika akan bertanding melawan PSIS.
Fanatisme Semarang juga membuatnya bergejolak. Saat berjumpa dengan publik Jatidiri, 21 Januari 2011, pada laga PSIS versu Persiram (Raja Ampat) ia mengamati fanatisme yang luar biasa dari para suporter, di dalam dan luar stadion.
“Itu penting untuk seorang pelatih dan tim. Suporter dan tim satu kesatuan. Saya rasa publik Semarang bisa jadi tren fanatisme sepakbola Indonesia,” lanjutnya.
Kembalikan PSIS ke Jalurnya
Meski belum mengajukan lamaran resmi, Raja Isa mengaku sudah mengenal beberapa nama di manajemen baru PSIS, termasuk Ketua Umum Soemarmo. Ia tak mau menjawab apakah sudah ada komunikasi atau belum dengan manajemen perihal ketertarikannya membesut PSIS, meski ia mengaku beberapa kali sudah berhubungan melalui telepon dengan Pak Marmo.
Lima tahun hidup di Indonesia membuat Raja Isa sudah sangat familiar dengan Papua. Ia menyebutkan, bakat sepakbola Semarang hampir sama dengan Papua.
Perihal rencananya ke PSIS, bila Raja benar-benar direkrut tim Goyang Semarang maka ia menargetkan tiga tahun bagi PSIS kembali merajai seperti dulu.
“Kalau lolos verifikasi dan saya berjodoh dengan PSIS, tahun pertama targetkan enam besar, tahun kedua empat besar, baru tahun ketiga targetnya juara. Itupun disesuaikan dengan finansial dulu,” imbuh pria yang masih berdarah Indonesia ini.
Meski mukim di Malaysia, ia belum berpikir mengarsiteki tim di negaranya sendiri. Meski tak menutup kerinduan akan keluarganya di Kuala Lumpur, ia berharap dipinang PSIS dan Kota Semarang memberinya nuansa kekeluargaan yang ia harapkan.
“Yang penting saya bisa nyaman di kotanya, dengan warganya dan akses ke Malaysia juga lebih mudah,” kata pria keturunan Bugis-Surabaya-Melayu ini. (rif)
Belum lolos verifikasi, dan pendanaan juga belum ketemu jodohnya, tetapi PSIS masih punya magnet yang kuat di mata pelatih.
Bosan mengarsiteki klub Indonesia Timur, pelatih asal Malaysia Raja Isa mengaku ingin membesut tim di Jawa. Salah satu yang memikat pelatih berusia 45 itu ialah PSIS. Ia pun siap jika manajemen tim Mahesa Jenar meminangnya.
“Sudah lima musim saya di Timur, sekarang prioritas saya klub-klub di Jawa. Selain lebih dekat dengan Kuala Lumpur, Jawa – terutama Kota Semarang – nyaman untuk saya,” kata Raja yang secara khusus menghubungi Harsem dari Jakarta, kemarin sore.
Mengapa PSIS? Pelatih bernama lengkap Raja Isa Bin Raja Akram Shah ini memiliki sederet alasan. Pertama, meski dua musim sebelumnya PSIS terpuruk di divisi utama, aroma kebesaran nama PSIS tetap membuatnya menilai PSIS ialah klub kawakan dan besar.
Absennya PSIS di kasta tertinggi Liga Indonesia di beberapa musim lalu sangat disayangkan. Padahal, menurutnya, masih banyak tim baru yang ngeper duluan ketika akan bertanding melawan PSIS.
Fanatisme Semarang juga membuatnya bergejolak. Saat berjumpa dengan publik Jatidiri, 21 Januari 2011, pada laga PSIS versu Persiram (Raja Ampat) ia mengamati fanatisme yang luar biasa dari para suporter, di dalam dan luar stadion.
“Itu penting untuk seorang pelatih dan tim. Suporter dan tim satu kesatuan. Saya rasa publik Semarang bisa jadi tren fanatisme sepakbola Indonesia,” lanjutnya.
Kembalikan PSIS ke Jalurnya
Meski belum mengajukan lamaran resmi, Raja Isa mengaku sudah mengenal beberapa nama di manajemen baru PSIS, termasuk Ketua Umum Soemarmo. Ia tak mau menjawab apakah sudah ada komunikasi atau belum dengan manajemen perihal ketertarikannya membesut PSIS, meski ia mengaku beberapa kali sudah berhubungan melalui telepon dengan Pak Marmo.
Lima tahun hidup di Indonesia membuat Raja Isa sudah sangat familiar dengan Papua. Ia menyebutkan, bakat sepakbola Semarang hampir sama dengan Papua.
Perihal rencananya ke PSIS, bila Raja benar-benar direkrut tim Goyang Semarang maka ia menargetkan tiga tahun bagi PSIS kembali merajai seperti dulu.
“Kalau lolos verifikasi dan saya berjodoh dengan PSIS, tahun pertama targetkan enam besar, tahun kedua empat besar, baru tahun ketiga targetnya juara. Itupun disesuaikan dengan finansial dulu,” imbuh pria yang masih berdarah Indonesia ini.
Meski mukim di Malaysia, ia belum berpikir mengarsiteki tim di negaranya sendiri. Meski tak menutup kerinduan akan keluarganya di Kuala Lumpur, ia berharap dipinang PSIS dan Kota Semarang memberinya nuansa kekeluargaan yang ia harapkan.
“Yang penting saya bisa nyaman di kotanya, dengan warganya dan akses ke Malaysia juga lebih mudah,” kata pria keturunan Bugis-Surabaya-Melayu ini. (rif)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.