Bulan Ramadan kali ini jatuh hanya beberapa hari sebelum kompetisi di Eropa bergulir. Liga Jerman bahkan lima hari sebelum puasa sudah membuka layar kompetisinya, disusul Liga Inggris yang menggelar Community Shield pada Minggu (7/8).
Banyak pebola Muslim merumput di Eropa. Di Spanyol ada Frederic Kanoute, di Italia ada Mohammed Sissoko, Sulley Muntari, sementara di Inggris ada Nicolas “Bilal” Anelka, Robin Van Persie, Kolo dan Yaya Toure, dan di Jerman ada Franck Ribery.
Seri A Italia menyumbang dua pemain Muslim (asal Afrika) yang cukup terkenal. Muntari dari Ghana merumput di Inter Milan, dan Sissoko di Juventus, dua klub besar yang berseteru. Musim lalu, selama Ramadan, Jose Mourinho – pelatih Inter saat itu – sering mempermasalahkan penampilan Muntari yang out of form karena ia tengah berpuasa. Lain Sissoko. Ia acapkali diganti oleh pelatihnya di babak kedua, dengan alasan agar ia tak batal puasanya.
Di Liga Inggris ada dua pemain tenar yang Muslim, yakni kapten Manchester City Yaya Toure dan striker Chelsea Nicolas Anelka. Toure (Pantai Gading) tak pernah menyembunyikan identitasnya sebagai Muslim. Jika Ramadan datang, semasa di Arsenal, Toure tetap berpuasa. Namun ia mengakui membatalkan puasanya karena tak tahan dengan pertandingan yang menguras fisik. “Tapi saya pasti akan menggantinya di bulan lain,” ujarnya.
Anelka adalah seorang mualaf. Setiap kali ia membuat gol, selebrasinya adalah mendekapkan tangan di dada seperti orang tengah salat. Itu sebagai simbol syukur seorang Muslim.
Sebelum memeluk Islam, ia dikenal bengal, berseteru dengan sesama pemain dan pelatih, hingga sering didepak klub-klub sebelumnya, seperti Arsenal, Real Madrid, Liverpool, Manchester City, atau Fenerbahce. Kini, tiap Ramadan datang, ia berusaha keras untuk selalu puasa.
Yang ini kisah lain. Kanoute (Mali/Sevilla) – klub papan atas Spanyol – tak pernah lalai menjalankan kewajibannya sebagai Muslim. Kapanpun dan dimanapun ia bertanding, jika waktu salat tiba ia melaksanakan salat di ruang ganti sekalipun pada jeda pertandingan. Ia pun meminta jersi (kostum) khusus ketika klubnya disponsori sebuah rumah judi. Kanoute juga membeli sebuah masjid di Sevilla, ketika masjid itu tak ada lagi yang mengurusi.
Yang paling terkenal adalah dukungannya kepada Palestina. Ketika Gaza dibom Israel setahun silam, dalam salah satu selebrasinya, ia membuka jersi dan memperlihatkan kaus dalamnya yang berwarna hitam dan bertuliskan “Palestina”. Setiap Ramadan, seberat apapun pertandingan di Liga Spanyol, Kanoute tak pernah membatalkan puasanya. Dan ia tetap menjadi goal getter yang hebat. (arief rahman)
Banyak pebola Muslim merumput di Eropa. Di Spanyol ada Frederic Kanoute, di Italia ada Mohammed Sissoko, Sulley Muntari, sementara di Inggris ada Nicolas “Bilal” Anelka, Robin Van Persie, Kolo dan Yaya Toure, dan di Jerman ada Franck Ribery.
Seri A Italia menyumbang dua pemain Muslim (asal Afrika) yang cukup terkenal. Muntari dari Ghana merumput di Inter Milan, dan Sissoko di Juventus, dua klub besar yang berseteru. Musim lalu, selama Ramadan, Jose Mourinho – pelatih Inter saat itu – sering mempermasalahkan penampilan Muntari yang out of form karena ia tengah berpuasa. Lain Sissoko. Ia acapkali diganti oleh pelatihnya di babak kedua, dengan alasan agar ia tak batal puasanya.
Di Liga Inggris ada dua pemain tenar yang Muslim, yakni kapten Manchester City Yaya Toure dan striker Chelsea Nicolas Anelka. Toure (Pantai Gading) tak pernah menyembunyikan identitasnya sebagai Muslim. Jika Ramadan datang, semasa di Arsenal, Toure tetap berpuasa. Namun ia mengakui membatalkan puasanya karena tak tahan dengan pertandingan yang menguras fisik. “Tapi saya pasti akan menggantinya di bulan lain,” ujarnya.
Anelka adalah seorang mualaf. Setiap kali ia membuat gol, selebrasinya adalah mendekapkan tangan di dada seperti orang tengah salat. Itu sebagai simbol syukur seorang Muslim.
Sebelum memeluk Islam, ia dikenal bengal, berseteru dengan sesama pemain dan pelatih, hingga sering didepak klub-klub sebelumnya, seperti Arsenal, Real Madrid, Liverpool, Manchester City, atau Fenerbahce. Kini, tiap Ramadan datang, ia berusaha keras untuk selalu puasa.
Yang ini kisah lain. Kanoute (Mali/Sevilla) – klub papan atas Spanyol – tak pernah lalai menjalankan kewajibannya sebagai Muslim. Kapanpun dan dimanapun ia bertanding, jika waktu salat tiba ia melaksanakan salat di ruang ganti sekalipun pada jeda pertandingan. Ia pun meminta jersi (kostum) khusus ketika klubnya disponsori sebuah rumah judi. Kanoute juga membeli sebuah masjid di Sevilla, ketika masjid itu tak ada lagi yang mengurusi.
Yang paling terkenal adalah dukungannya kepada Palestina. Ketika Gaza dibom Israel setahun silam, dalam salah satu selebrasinya, ia membuka jersi dan memperlihatkan kaus dalamnya yang berwarna hitam dan bertuliskan “Palestina”. Setiap Ramadan, seberat apapun pertandingan di Liga Spanyol, Kanoute tak pernah membatalkan puasanya. Dan ia tetap menjadi goal getter yang hebat. (arief rahman)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.